Rabu, 29 April 2009

Eyang bukan Oma dan Dawet bukan Soto

Waktu hari Rabu, banyak sodara yang datang ke rumah karena hari Kamisnya acara pernikahan kakak saya tercinta akn dilaksanakan. Lalu ada dua saudara saya yang bernama Nabil dan Rian. Mereka ini bisa disebut pengacau. Tidak di resepsi, di siraman, di pengajian, maupun di midodareni selalu saja ada sesuatu yang mereka kerjakan. Ckckck. Ini dia foto kedua tersangka tersebut:

(kurus: Rian dan gendut: Nabil)


Cerita pertama adalah "Eyang bukan Oma"
Kedua orang tua saya berasal dari Jawa. Ibu saya berasal dari Solo. Sedangkan bapak saya berasal dari Surabaya. Jadi kalau sekeluarga besar itu sudah ngumpul pasti bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa. Saya mengerti bahasa Jawa tetapi tidak bisa mempraktekannya. Terkadang juga saya tidak mengerti apa yang diucapkan oleh ibu. Sama seperti Rian. Rian sudah lama tinggal di Kendari jadi ia sudah terbiasa berkata-kata dengan bahasa Kendari. Walaupun sekarang bahasanya sudah sok gaul (lo gue) tetapi logat Kendarinya tetap saja menempel pada setiap kata-kata yang ia ucapkan. Seperti "Saya belum makan mii!". Sebenarnya saya juga tidak mengerti apa yang dimaksud dengan 'mii'. -,-

Jadi begini ceritanya. Sewaktu saya sedang bermain Restaurant City (ditemani Yesita dan Ratri) kedua anak tuyul itu sedang bermain pukul-pukulan disebelah saya. Tiba-tiba eyangti dan bude Dewi datang. Saking asiknya bermain mereka berdua tidak sadar kalau ada eyang dan bude yang baru saja datang. Setelah saya salim dan menyambut eyang, saya menyuruh kedua tuyul itu. Dimulailah pecakapan kami

Dian: "Eh, eyang sama bude Dewi dateng tuh! Cepetan salim! Malah pukul-pukulan"

Nabil: "Hah ada eyang? EYAANG! EYANG!! Ayo Rian cepetan salim sama eyang dulu"

Rian: "Hah ada oma? OMA! OMA!!" (dengan gaya mengikuti Nabil)

Yesita:"Woi disini mana ada yang namanya oma? Yang ada juga eyang kali!"

Rian: "Hah ada eyang? OMA! OMA!!" (yang tadinya mau memperbaiki malah jadi makin salah)

Yesita: Aduuuh ampun deh aku sama Rian. Dibilangin eyang di eja jadi E-Y-A-N-G

Rian: Oh iya lupa (dengan senyum polosnya itu)

Melihat Yesita dan Rian saya hanya bisa geleng-geleng kepala dan tertawa kecil sendiri. Hahaha :D.

Lalu cerita kedua yang akan saya ceritakan adalah "Dawet bukan Soto"
Kalau tadi saya bercerita tentang Rian sekarang saya akan menceritakan tentang bosnya Rian yaitu Nabil. Berhubungan dengan kaka saya yang menikah dengan adat jawa lengkap jadi pasti ada acara 'dodol dawet' (jualan dawet). Jadi begini ceritanya. Ketika siang hari ada orang yang membawa peralatan dodol dawet untuk diletakkan di dekat kolam ikan. Lalu ada Nabil yang sedang ribut minta soto dari tadi. Sewaktu Nabil melihat ada orang yang membawa peralatan dodol dawet ia langsung berkata

Nabil: "akhrinya tukang sotonya lewat!"

Dian: "Aduh dasar gentong! Itu bukan tukang soto tapi mas-mas yang mau naro peralatan buat besok"

Nabil: "Dih sok tau! Orang itu tukang soto juga. Malu ye malu"

Dian: "tau ah! Bukan levelnya ngomong sama anak kecil. Ngabisin tenaga"

Nabil: "dih najis banget"

Dian: "kalo emang iya tukang soto mana mungkin bawanya pake dipikul! ya ampuun mau kesiram apa abang-abang yang jualannya"

Nabil: (terdiam dan kecewa)

Dian: "siapa yang malu sekarang?"

Nabil: "aku" (sambil berlari karena malu)

Selasa, 28 April 2009

Menunggu ibu-ibu "Leli Dewi dan Mayestik"

Waktu hari Minggu (minggu lalu) sewaktu saya sedang nonton videoclipnya Rihanna (lupa judulnya), tiba-tiba tante Nentri dan Yesita datang ke rumah. Ternyata mereka berdua datang untuk menemani ibu ke mayestik dan melawai 'plus' ke Leli Dewi Salon. Karena Yesita ikut jadi saya ikut saja daripada dirumah cengo tidak ada kerjaan. Tujuan pertama adalah ke Melawai. Kami berempat pergi ke Melawai untuk mengambil emas ibu saya. Tetapi tante Nentri juga sempat beli dua anting sekaligus. Huooo ^_^.

Lalu tujuan kedua adalah ke Leli Dewi Salon. Ibu dan tante tidak bilang pertamanya kalau nanti akan ke Leli Dewi Salon. Tetapi pikir saya "nggak papalah nanti bisa narsis ini (hihi)".


(di teras depan salon)

(di depan pintuu)

(yesita bergayaa)

Inilah hasil narsis kami berdua di Leli Dewi Salon. Wakakakak. Tetapi 5 menit setelah menunggu kami sudah mulai bosan. Yesita juga sudah minta untuk ditemani jajan. Ya akhirnya saya dan yesita menghampiri warung terdekat (alay woo). Yesita membeli 1 chiki dan 1 mountea rasa blackurrent (ahahay). Tetapi karena saya juga sudah sedikit lapar akhirnya saya meminta Yesita untuk membelikan saya 2 chiki lagi (hohoho) dengan bayaran 3 ribu. Akhirnya kami berdua terlihat seperti anak memelas sambil makan chiki yang tidak jelas di depan teras Leli Dewi Salon.

Setelah terlihat seperti anak memelas selama 15 menit, kami masuk kerungan totok untuk menanyakan berapa lama lagi kami harus menunggu. Tante dan ibu berkata "sebentar lagi kok, tunggu aja dulu" akhirnya kami kembali ke teras dan terlihat seperti anak memelas (lagi!). Kami menunggu cukup lama. Tetapi ibu2 itu belum juga selesai. Segala hal yang bisa kami lakukan sudah kami lakukan dari tidur-tiduran, foto-foto, makan chiki, ngobrol, masuk keluar mobil, sampai marah2an sudah semuaa. Akhirnya kami kembali masuk ke ruang totok. Tetapi yang didapatkan hanya OMELAN -___-". Bukan hanya omelan dari ibu-ibu tapi juga dari mbak yang pake baju hitam mengerikan. Huaaaaa >_<. Kami berdua sampai terpikir untuk pergi naik bajaj berdua pulang -__-". Tapi itu tidak mungkin, uang saja nggak ada kok.

Akhirnya 30 menit lagi ibu keluar dari ruangan dan kami berempat manuju ke Mayestik yaitu tujuan ketiga (yang seharusnya menjadi tujuan kedua). Seperti biasa kami menunggu lagi tapi, sekarang kami menunggunya di mobil. Tentunya kami narsis lagi dong! Tapi kali ini saya tidak ikut karena, saya sudah kebanyakan berpose di Leli Dewi Salon tadi.

(meratapi nasib)
Setelah berfoto-foto ria kami berdua tertidur lelap dimobil sampai tante dan ibu selesai belanja.


Pingsan di Pasar

Sewaktu menjelang kenaikan kelas, saya dan ibu saya pergi ke Pasar Minggu untuk membeli baju seragam SMP. Saya sedang tidak terlalu sehat saat itu. Tetapi mau bagaimana lagi? Kalau saya tidak ikut dengan ibu, ukuran baju seragamnya tidak akan pas. Sesampainya si Pasar Minggu saya dan ibu saya menanyakan kepada seorang pedagang "permisi ibu, toko tempat jualan seragam sekolah dimana ya?" begitu tanya ibu. Lalu sang pedagang menjawab "ada di lantai dua bu" ibu saya pun membalas "terimakasih". Selesai bertanya saya dan ibu saya segera pergi ke lantai 2. Begitu sampai ternyata banyak sekali orang yang datang untuk membeli baju seragam. Jadi kami berdua terpaksa bersempit-sempit ria untuk membeli seragam. Awalnya sih saya tidak merasa begitu pusing tetapi, setelah 30 menit berdesak-desakan saya merasa seluruh ruangan pasar berwarna HITAM. Saya mendengar ibu saya berteriak "anak saya pingsan!! anak saya pingsan!!" (sebenarnya saya ingin ketawa sewaktu menulis kalimat ini) Lalu orang yang menggendong dan membantu ibu saya untuk mengeluarkan saya dari dalam pasar. Untungnya kami sudah sempat membeli baju seragam. Ketika sadar saya langsung dibawa ibu saya ke mobil (dibantu oleh pak ivan). Sampai saat ini saya sudah kapok dan tidak mau lagi pergi ke tempat yang namanya PASAR. Hahahahahaha :D

Apa Guna Sekolah?

Saya bingung kenapa di dunia ini semua anak-anak diwajibkan untuk sekolah. Karena saya sempat berpikir kalau kita itu dilahirkan di dunia untuk beribadah dan bukan untuk sekolah. Iya bukan?? Kalau kita ditanya apa sebenarnya guna sekolah? Pasti untuk menuntut ilmu. Tetapi karena kita dilahirkan di dunia ini untuk beribadah kenapa tidak setiap hari saja diwajibkan untuk beribadah terus-menerus. Saya tau sekolah adalah tempat yang sangat menyenangkan. Tetapi coba pikir lagi. Kenapa harus ada yang namanya sekolah?? Sekolah bisa saja menjadi tempat yang negatif dan tempat yang positif.

Negatifnya adalah
kita meniru kebiasaan teman-teman misalnya berkata "ANJRIT!!" atau "TAI!!" dan kalau kita
mengerjakan suatu soal atau latihan dan kita tidak bisa mengerjakannya itu pasti akan
nyontekkan? Dan semua itu akan menambah dosa kan?

Positifnya adalah
Kita diajari tentang ilmu sosial, ilmu alam, matematika dan yang lainnya (hanya itu?)
Itu tidak berguna untuk nanti hanya untuk sekarang!! Tidakkah itu aneh?

SIAPA YANG PUNYA JAWABANNYA??

Kelinci Malang

Waktu saya berumur 6 atau 7 tahun (lupa -_-') saya memelihara kelinci (yang tidak diberi nama). Kelinci ini berwarna putih bersih dan bermata merah. Pada suatu malam (ketika saya sedang tidur), ternyata ada kucing nakal yang mencoba untuk memangsa kelinci itu. Karena kelincinya dimasukkan ke dalam kandang jadi si kucing menarik kakinya sampai SOBEK. Entah bagaimana caranya, yang jelas saya tidak berani membayangkannya. Keesokan harinya saya mengikuti pembantu saya (kalau tidak salah namanya mba Yani) untuk memberi makan si kelinci putih itu. Ternyata memang benar kaki kelinci itu sobek paraah sekali. Tetapi hebatnya, kelinci itu masih hidup.

Siang harinya (setelah saya pulang sekolah) saya langsung melihat si kelinci. Saya melihat kelinci itu sudah diobati oleh mba Yani. Walaupun dia masih terlihat kesakitan tapi itu lebih baik daripada tadi pagi. Lama-kelamaan kelinci itu semakin membaik. Tetapi pada suatu hari ada dokter hewan (yang dipanggil ibu) datang dan mengoprasi (sebenernya sih nggak tau diapain) kelinci itu. Setelah beberapa jam si dokter hewan keluar dari garasi (tempat oprasi hehe) dan membawa kelinci itu diatas telapak tangannya. Dibagian kaki yang sobek terlihat jelly-jelly biru (tidak jelas sebenarnya itu apa) dan bekas jahitan. Si kelinci masih tereaksi (nggak tau bahasanya apalagi) obat bius dan terlihat kesakitan. Keesokan harinya dia mati, saya dan mba Yani menguburnya di halaman belakang rumah.